Perbandingan Perilaku Gempa Bumi Susulan Pidie Jaya (7 Desember 2016) dan Ambon (26 September 2019)

Samsul Anwar, Faiza Maulia, Nany Salwa

Abstract


Aceh dan Maluku merupakan dua wilayah yang terletak pada pertemuan lempeng tektonik dunia sehingga banyak mengalami kejadian gempa bumi. Gempa bumi utama pada umumnya diikuti oleh gempa bumi susulan dengan kekuatan dan intensitas yang berbeda-beda. Gempa bumi Pidie Jaya (Provinsi Aceh) pada tanggal 7 Desember 2016 memiliki kesamaan karakter dengan gempa bumi Ambon (Provinsi Maluku) pada tanggal 26 September 2019. Kedua gempa bumi tersebut memiliki magnitudo 6,5 dengan kedalaman yang dangkal (< 60 km). Meskipun kedua gempa bumi utama tersebut memiliki karakter yang sama, namun kerusakan dan korban jiwa yang diakibatkan keduanya berbeda sehingga perlu dilakukan perbandingan perilaku gempa bumi susulan di kedua wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perilaku gempa bumi susulan pasca gempa bumi utama di Pidie Jaya tahun 2016 dan Ambon tahun 2019. Penelitian ini menggunakan tiga fungsi lifetime analysis dalam menganalisis perilaku gempa bumi susulan, yaitu probability density function (PDF), reliabilitas, dan hazard. Data yang digunakan bersumber dari BMKG berupa selisih waktu terjadinya gempa bumi susulan terhadap gempa bumi utamanya. Melalui graphical analysis, diketahui bahwa data selisih waktu gempa bumi susulan Pidie Jaya mengikuti distribusi lognormal, sedangkan data selisih waktu gempa bumi susulan Ambon mengikuti distribusi weibull. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa bumi susulan Pidie Jaya berpeluang besar untuk terjadi dengan intensitas yang tinggi pada 2 hari pertama setelah gempa bumi utamanya, sedangkan gempa bumi susulan Ambon cenderung terjadi dengan intensitas yang lebih merata selama periode pengamatan. Hasil pengujian log rank test membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara kurva reliabilitas gempa bumi susulan di wilayah Pidie Jaya dan Ambon.

 

Abstract

Aceh and Maluku are two areas located at the confluence of the world's tectonic plates so that they experience many earthquakes. Mainshocks are typically followed by aftershocks with different magnitudes and intensities. The Pidie Jaya (Aceh Province) earthquake on December 7, 2016, has similar character with the Ambon (Maluku Province) earthquake on September 26, 2019. Both earthquakes have magnitudes of 6.5 with a shallow depth (< 60 km). Although those earthquakes possessed a similar character, the damage and casualties caused were different, so it is necessary to compare the aftershocks behavior following the mainshock in those two regions. This study aims to compare the aftershocks behavior following the mainshock of Pidie Jaya in 2016 and Ambon in 2019. This study utilizes three lifetime analysis functions in analyzing the aftershocks behavior, namely the probability density function (PDF), reliability and hazard function. The data employed sourced from BMKG, namely the time difference between aftershocks and the mainshock. Through graphical analysis, it is known that the time difference data for Pidie Jaya aftershocks follows a lognormal distribution, while the time difference data for Ambon aftershocks follows a weibull distribution. The results showed that the Pidie Jaya aftershock had a high probability of occurring with high intensity in the first 2 days after the mainshock, while the Ambon aftershock tends to happen with more even intensity during the observed periods. The log rank test results prove there is a significant difference between the reliability curves of the aftershocks in the Pidie Jaya and Ambon regions.


Keywords


Ambon; lifetime analysis; perilaku gempa bumi susulan; Pidie Jaya.

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.34126/jlbg.v13i2.349

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

                                        RJI Main Logo