Pengaruh letusan Gunung Sinabung pada 15 September 2013 terhadap pengukuran deposisi asam di SPAG Bukit Kototabang

Agusta Kurniawan

Abstract


ABSTRAK
Makalah ini meneliti tentang pengaruh letusan Gunung Sinabung pada 15 September 2013 terhadap pengukuran deposisi asam di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG) Bukit Kototabang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat. Ada dua jenis deposisi asam yang dikaji yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering meliputi pengukuran gas (SO2, NO2, dan O3) dan partikel (PM10 dan TSP). Sedangkan deposisi basah meliputi pengukuran tingkat keasaman (pH) dan daya hantar listrik (DHL) air hujan. Data agregat harian sebelum dan setelah letusan Gunung Sinabung dibandingkan untuk mengetahui adanya indikasi perubahan. Sebagai batas toleransi yang dipersyaratkan digunakan nilai baku mutu udara ambien menurut PP No. 41 Tahun 1999. Hasil analisis menunjukkan bahwa letusan Gunung Sinabung pada 15 September 2013 tidak berpengaruh terhadap pengukuran deposisi asam di SPAG Bukit Kototabang. Simulasi menggunakan model yang datang ke Bukit Kototabang bukan berasal dari Gunung Sinabung. Hysplit Volcanic Ash BMKGNOAA, menunjukkan bahwa arah material letusan Gunung Sinabung ke timur sampai utara dan menyebar menjauh dari Bukit Kototabang. Simulasi pergerakan massa udara menggunakan Model Flextra Backward Trajectory menunjukkan bahwa massa udara yang sampai ke Bukit Kototabang bukan berasal dari Gunung Sinabung.
Kata kunci: Gunung Sinabung, Bukit Kototabang, Deposisi Asam, Hysplit Volcanic Ash NOAA-BMKG,
Flextra Backward Trajectory

ABSTRACT
This paper studied the impact of Mount Sinabung eruption to acid deposition parameters in Global Atmosfer Watch (GAW )Bukit Kototabang Station, District of Agam, West Sumatra Province on September 15th, 2013. Two types of acid deposition were studied: dry and wet deposition. Dry deposition measurement includes the gases (SO2, NO2, and O3) and particles (PM10 and TSP). Meanwhile, wet deposition studied includes acidity level (pH) and rainwater conductivity. Daily average data, before and after the eruption, are compared to find indications of any change.  As tolerance limits used ambient air quality standard value according to PP No. 41 of 1999. Results showed that Mount Sinabung eruption on 15 September 2013 did not show a significant impact on the measurement on the wet and dry deposition parameters. Simulation of volcanic ash trajectory from BMKG-NOAA HYSPLIT Volcanic Ash also suggested that the ash moved east to north, spreading away from Bukit Kototabang. Simulation of air mass movement using backward trajectories Flextra Model showed that air mass arrived to Bukit Kototabang wasn’t from Mount Sinabung.

Keywords: Mount Sinabung, Bukit Kototabang, acid deposition, Hysplit Volcanic Ash NOAA-BMKG, Flextra Backward Trajectory


Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.34126/jlbg.v5i1.62

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

                                        RJI Main Logo